JODOH TERAKHIR
Jam
menunjukkan pukul 21.10 , malam tengah memperhatikan kepekatannya dan ku susul
dengan meletakkan motorku di samping motor bapak . Langsung aku menuju dapur
dan mulai membuka lemari es , berharap ada sepotong makanan untuk mengganjal perutku
yang sudah meraung minta di isi dari tadi . Baru saja tangan kananku telulur ,
belum lagi menyentuh pintu lemari es ...
Bapak :”La...Lela...sini
kamu!”.
Lela :”Sebentar
pak , lapar nih”.
Bapak :”Kalau
bapak bilang kesini ya kesini , mbok ya jangan mbantah. Heran ibumu dulu ngidam
apa kok kamu bisa jadi keras kepala seperti ini?
Ibu :”Masa bapak lupa sih , dulu kan ibu
ngidam ayam bakar tapi bapak ndak punya uang buat beli. Dan biasanya ngidam
ndak keturutan bikin ngiler , dan setahu ibu ndak ada hubungannya ngidamku dulu
sama keras kepalanya. Bapak ini sama saja seperti laki laki lain , kalau ada
yang ndak beres , selalu saja istri yang disalahkan”.
Bapak :”lho kan
memang tugas istri seperti itu , bu . Tugas bapak kan berat nyari nafkah diluar”.
Ibu :”Bapak pikir ngurus tiga anak
perempuan , masak , nyuci , setrika , belum lagi malamnya harus ngurusin bapak dan itu berlangsung 24 jam .
Bapak pikir itu gampang to ?! dan kalau ada yang ndak beres sedikit saja ,
langsung di jadikan alasan suami buat cari wanita lain”.
Bapak :”Jangan bilang begitu , bu .Itu namanya
melawan kodrat . Wanita memang harus mengabdi sepenuhnya pada suaminya !”.
Ibu :”Selalu itu alasannya , kodrat ,
kodrat , dan kodrat yang membuat lelaki merasa punya hak untuk menyakiti istrinya.
Apa dalam kodrat para lelaki tidak di wajibkan untuk membantu dan meringankan
beban istrinya ? Apa dalam kodrat lelaki memang di cipatakan sebagai makhluk
yang minta dilayani ? Apa itu yg bapak maksud dengan kodrat ?!”.
Lela :”Hajar
terus bu...”.
Bapak :”Lha yang namanya kodrat itu jelas
ketentuan dari langit yang nggak bisa di ubah lagi . Kamu sadar ndak , dari
siapa sifat Lela itu ? Jelas dari kamu !”.
Ibu :”Tunggu
dulu ! Lela itu jelas kontribusi kita berdua pak “.
Bapak :”Andai saja Lela mau nurut , pasti di
usianya yang ke empat puluh ini dia sudah bahagia bersama anak dan suaminya.
Orangtua sudah susah-susah nyariin jodoh , bukannya berterima kasih malah
sering membuat ulah yang memalukan orang tua.
Ibu :”Bapak jangan memojokkan Lela . Dia
pasti punya alasan untuk menolak perjodohan yang bapak ajukan”.
Bapak :”Selalu
saja ibu membela Lela , jadi dia semakin berani menentang bapaknya sendiri”.
Ibu :”Baik kalau yang terjadi pada Lela
kesalahanku , yo wis...mulai malam ini bapak tidur sendirian saja sama guling?!
Biar ibu tidur sama Lela”.
Bapak :”Jangan
emosi gitu to, bu “.
(bapak mulai merayu dan memeluk ibu , langsung luluh hati
ibu)
Ibu :”iya
iya ..kok malah kita ribut begini , Pak
?”.
Bapak :”LELA !
Cepat sini , jangan ngintip dari situ. Bapak mau ngomong penting”.
Lela :”Yah ,
pasti soal itu lagi-itu lagi”.
Bapak :”Hmm...”
Lela :”Bapak
mau ngomong apasih , dari tadi mondar mandir kayak angkot aja?”.
Bapak :”Tuh , dengar bu anakmu ini benar-benar
kurang ajar. Masa bapak sendiri di samain sama angkot?!”.
Ibu :”Anak
kita !”.
Lela :”Ya
setuju , anak bapak sama ibuk.”
Bapak :”Benar ,
sampai mana kita tadi?”.
Ibu :”Sampai
anak yang benar-benar kurang ajar”.
Lela :”Bukan,
kata-kata terakhirnya sampai angkot!”.
Bapak :”Diam ! Kalian bikin bapak puyeng , anak
sama ibuk ndak ada bedanya bener-bener bikin puyeng”.
Lela :”Ah
bapak ...”.
Bapak :”Minggu
depan kamu harus menikah!”.
Ibu :”MENIKAH...??!”.
Bapak :”Ya ,
minggu depan”.
Ibu :”MINGGU
DEPAN...???”.
Bapak :”Betul..”.
Ibu :”Bapak pikir ibu wanita apaan di suruh
menikah lagi , jadi memberikan ibu pada laki-laki lainnya. Tega kamu pak !”.
Lela :”Walah
bapak kok tega sekali sama ibu”.
Bapak :”Lho..Lho.. siapa yang nyuruh ibu nikah
lagi ? Yang bapak maksud itu kamu Lela ! Tentu saja PER-NI-KA-HAN-MU Lela..!”
Lela :”Menikah ? Wong calon saja Lela belum
punya kok di suruh nikah , memang sapinya Pak Jono di ujung jalan sana nyari
istri? Sudahlah , Lela lapar mau makan dulu . Besok saja bercandanya”
Bapak :”Tadi pagi , ada laki-laki yang datang
kemari beserta kedua orang tuanya. Dia minta izin sama bapak untuk menikahimu.
Buat bapak , ini seperti anugrah. Bagi wanita seusiamu , masih ada laki-laki
datang sendiri untuk menikahimu itu suatu hal yang luar biasa”
Ibu :”Percayalah nduk , tidak ada orang tua
yang mencelakakan anaknya sendiri. Ibu sudah kenal sama orang tuanya, ibu yakin
kamu bakal hidup bahagia nduk”
Lela :”Tunggu..Tunggu ! Apa-apaan ini ? Bapak
anggap apa pernikahan itu ? Bagaimana bisa seenaknya sendiri menerima lamaran
orang dan sudah menentukah hari pernikahan juga tanpa melibatkan pihak yang
bersangkutan”
Bapak :”Sudahlah
Lela , bapak sudah susah-susah cari jodoh buat kamu”
Lela :”Lho,
bukan saya yang minta tapi itu inisiatif bapak sendiri”
Bapak :”Apa kamu ndak sadar , kamu sudah
mempermalukan orang tuamu sendiri ? Punya anak perempuan yang jadi perawan tua
itu aib! Aib nduk ..”
Lela :”Bukannya
tidak mau , tapi selama ini Lela belum dapat suami yang cocok pak”
Bapak :”Bapak
sudah capek dengar alasanmu itu”
Lela :”Kalau
Lela ndak mau bagaimana?”
Bapak :”Silahkan
angkat kaki dari rumah ini?!”
Lela :”Bapak
mengusir saya?”
Bapak :”Iya , itu
jalan terakhir atas sikap keras kepalamu itu”
Lela :”Baik ,
sepertinya saya memang harus segera angkat kaki dari rumah ini!”
Bapak :”Kalau
kamu berani angkat kaki dari sini , jangan pernah panggil kami orang tuamu!”
Ibu :”Sudahlah begini saja , coba renungkan
kembali perkataan bapak dan ibu ini nduk. Pertimbangkan dulu , pikir
masak-masak. Kami beri waktu buat memikirkan ini “
Di Kamar Lela
Liana :”Sudahlah mbak , mbok ya di trima saja
usul bapak sama ibu itu. Toh itu buat kebaikan Mbak Lela juga kan ?”
Lela :”Tapi dek , mana mungkin embak bisa
nikah sama orang yang embak ndak kenal. Tau namanya saja belum , apalagi
orangnya. Duh bapak sama ibuk itu sembrono banget nerima orang yang bakal jadi
suami mbak”
Liana :”Mungkin ibu sama bapak sudah kenal baik
sama keluarga calon suami mbak itu , makanya ibuk sama bapak bersedia nerima
laki-laki itu jadi calon menantunya”
Lela :”Tapi
mbak belum siap dek”
Liana :”Ayolah
mbak , pikir baik-baik tawaran bapak sama ibuk. Embak Lela ini sudah di
langkahi s ama Mbak Lili , masa
mau aku langkahin juga ?Aku ndak tega mbak”
Lela :”Kalau kamu sama Dimas mau nikah , ya
silahkan to dek. Embak ndak papa kamu langkahin, embak ikhlas”
Liana :”Tapi aku yang ndak tega mbak?! Pokoknya
Mbak Lela harus nikah dulu, aku ndak mau ngeduluin embak”
Lela :”Sulit
dek , sulit...”
Keesokan paginya
Damar :”Ada yang
bisa saya bantu mbak Lela?”
Lela :”Hah!
Nyari siapa?”
Damar :”Mbak Lela
lupa ya? Saya Damar adiknya Mas Didi, tetangga sebelah rumah”
Lela :”Damar?”
Damar :”Bener
mbak, saya Damar”
Lela :”Ya ampun Damar! Kok kamu sudah segede
ini? Seingatku dulu waktu kamu masih bayi , kamu sering aku gendong. Aku
ingatnya pas kamu balita , waktu aku masih pacaran sama masmu!
Damar :”Ah itu
sudah dulu mbak”
Ibu :”Ada
apa sih? Kok tawanya sampai kedengeran sampe dapur begitu”
Lela :”Ini bu
, Damar, masa sudah segede ini. Kemana saja kamu mar ?”
Damar :”Saya baru lulus kuliah di Bandung mbak ,
Alhamdulillah lulus test kerja di Bank. Kebetulan kantornya di daerah sini,
jadi ndak perlu ngekos lagi. Lumayan ...”
Lela :”Wah
hebat kamu , baru lulus sudah dapat kerja”
Ibu :”Ealah , kirain ada apa. Ya jelas
sudah gede , wong di kasih makan tiap hari. Justru kamu sendiri yang mestinya
sadar umurmu sudah berapa, jangan sok lupa umur!”
Lela :”Iya
nih , aku memang suka lupa umur. Seingetku aku ini masih sweet seventeen terus”
Liana :”Ciyee...Ada
berondong baru ya mbak?”
Lela :”Hush
kamu ini apa-apaan. Orang ini Damar adiknya mas Didi yang paling kecil”
Liana :”Loh ini Mas Damar? Ya ampun sekarang
sudah ganteng gini ya , dulu aja masih sering ingusan waktu main di lapangan.
Item juga , eh sekarang sudah gagah gini ya?”
Damar :”Ini Liana
yang sering aku goda dulu kan? Sekarang sudah gede ya , sudah nikah?”
Liana :”Belum nih mas , tinggal nunggu Mbak Lela
dulu. Aku ndak tega mau nglangkahin embakku yang paling cantik ini. Tapi kalau
kelamaan gini, mana ada yang mau ya mas?”
Lela :”Sudah!
Cepet masuk , kamu ini buka aib embak saja”
Liana :”Memang
bener kok “
Di gambarkan bahwa Lela dan Damar sering menghabiskan
waktu bersama , Lela pun menganggapnya seseorang mampu meringankan sedikit
masalahnya tentang pernikahan itu. Hingga sampai suatu saat , tiba-tiba Damar
menghilang di hadapannya. Lalu Lela pun kebingungan
Lela :”Assalamualaikum
bude”
Ibu Lis :”Walaikumsalam , loh nduk Lela. Mari masuk ,
kok tumben kesini? Ada apa nduk? Kebetulan disini juga lagi ada tamunya Didi”
Naning :”Naning ,
La. Temen satu kelas SMA dulu”
Lela :”Ya
ampun Naning?”
Naning :”Kenapa? Kamu pasti heran melihat tubuhku
yang jadi gede seperti di sengat tawon begini?”
Lela :”Wah mimpi apa aku tadi semalam? Kok
tiba-tiba di siang terik menyengat ubun-ubun malah bertemu tamu kehormatan
seperti ini. Kemana aja selam ini, Bu?
Naning :”Biasalah, menjalani hidup yang penuh
lika-liku derita asmara. Eh kok kamu masih awet kayak dulu , nggak berubah sama
sekali?”
Lela :”Jelas
dong! Aku masih awet , asli pula. Murni 24 karat 100 persen halal”
Naning :”Bilang aja
nggak laku!”
Lela :”Eh...maap maap nih , saya kan emang
bukan barang dagangan. Ngomong-ngomong anak sudah berapa sekarang, bu ?”
Naning :”Tiga!
Sssst tapi tiga-tiganya anak sulung”
Lela :”Loh ,
kembar tiga?”
Naning :”Anaknya tiga , bapaknya tiga. Maklum pada
nggak ada yang beres La bapaknya. Jadi pada cerai mulu aku. Jadi sekarang I’m
Single...”
Lela :”Wah
hebat kamu ya ning , hahaha”
Naning :”Oh iya aku kesini tadi karena kata ibumu
kamu belum kawin juga , makanya aku sempetin nengokin kamu. Tapi mampir dulu ke
ibunya Didi ini. Aku pikir kamu bakal sampai ke pelaminan sama Didi kalau
melihat kemesraan kalian dulu waktu SMA”
Lela :”Walah
jangan mendramatisir gitu dong”
(Bernostalgia sambil menyanyikan lagu dari Chrisye)
Malu aku malu ..
Pada semut merah
Yang berbaris di dinding
menatapku curiga
Seakan penuh tanya
, sedang apa disini
Menanti pacar
jawabku ..
Sesampainya Lela
di rumah
Lela :”Lela
ndak ketemu Damar , buk. Dia lagi sibuk di kantornya mungkin”
Ibu :”Kok
jadi sedih gitu to nduk? Kamu kangen ya sama Damar?”
Liana :”Pasti
kangen tuh buk’e , biasanya kan kemana-mana Mbak Lela sama Mas Damar selalu
berdua. Ngaku hayoo..”
Lela :”Apaan sih kamu , anak kecil
ikut-ikutan saja. Mana mungkin aku kangen sama laki-laki yang pantas menjadi
adikku itu”
(Kemudian Lili , adik kedua Lela datang)
Lili :”Assalamualaikum
..”
Ibu :”Walaikumsalam , loh nduk Lili kamu
kapan datang dari Solo? Kok ndak bilang ibuk to kalau mau pulang. Ibuk kan bisa
jemput di stasiun”
Lili :”Walah
, Lili ndak mau ngrepotin ibuk sama keluarga di sini.”
Lela :”Bagaimana
kabar kamu dek? Baik-baik saja kan? Suami sama anakmu ndak ikut?”
Liana :”Iya
mbak , Bagus sama Retno kenapa ndak di ajak?”
Lili :”Alhamdulillah Mas Galang dan
anak-anak serta keluarga di Solo baik-baik saja. Kalau Bagus sama Retno saya suruh
sekolah , nanti pas mereka liburan saja Lili ajak mereka kesini”
Ibu :”Iya
nduk , ibu sudah kangen sekali sama mereka”
Lili :”Oh
iya bagaimana rencana pernikahan Mbak Lela? Jadi kan?”
Lela :”Kamu sudah dengar berita itu? Jujur
saja aku menolaknya?! Bapak benar-benar kelewatan , memilihkan aku jodoh yang
sampai sekarang aku belum tahu siapa orangnya”
Lili :”Bapak
punya alasan tersendiri mbak kenapa memilih dia jadi suami embak nanti”
Ibu :”Iya
nduk , Ibu sama bapak ndak bakal salah pilih”
Lela :”Tapi
buk , aku ini sudah gede aku bisa cari jodohku sendiri?!”
Lili :”Kalau mbak Lela bisa cari jodoh
sendiri , kenapa sampe sekarang sudah kepala empat masih saja belum menikah?!”
Lela :”Karena
mbak merasa belum ada yang tepat”
Lili :”Dari dulu mbak Lela selalu bilang
seperti itu, tapi sampai sekarang belum menemukan yang tepat juga. Inget umur
mbak , kasihan sama Liana yang sudah pingin nikah sama Haris”
Lela :”Aku sudah bilang sama dek Liana, kalau
dia mau langkahi saja aku. Mbak Lela ndak papa kok”
Lili :”Apa kata orang mbak? Dulu mbak Lela
sudah aku langkahi waktu menikah sama Mas Galang , sekarang mbak bilang
silahkan saja kalau Liana mau menikah sama Haris. Apa kata tetangga nanti
mbak?”
Lela :”Sudahlah , kamu ndak usah ikut campur
ngatur hidup embak. Embak sudah banyak tekanan di rumah”
Lili :”Itu karena aku sayang sama keluarga
di sini , sayang sama Mbak Lela. Kasihan ibuk bapak sering di gunjing tetangga
gara-gara mbak Lela sudah kepala empat gini masih saja belum kawin”
Ibu :”Sudah
nduk sudah , biarkan Lela mikir dulu”
Lili :”Mau mikir sampai kapan buk? Sampai
dunia ini kiamat? Mbak Lela itu ndak pernah mikir umurnya sekarang sudah kepala
empat , tapi belum saja kawin. Lili malu buk, Lili ndak tega keluarga ini
terus-terusan di omongin orang”
Lela :”Jadi kamu
malu punya kakak seperti embak?!”
Lili :”Iya , Lili malu karena punya embak
yang keras kepala, terlalu pilih-pilih pasangan. Apa mbak ndak pernah mikir
bagaimana perasaan ibuk sama bapak?”
Liana :”Sudah
Mbak Lili , sudah .. jangan di teruskan lagi”
Lili :”Embak kita yang satu ini memang
ndak pernah mikirin keluarga kita , sikap keras kepalanya sungguh tak wajar”
Lela :”Teruskan
saja kau mau bicara apa , mbak ndak mau denger?!”
(Lalu Lela pun pergi meninggalkan Ibuk , Lili , dan
Liana)
Malam harinya , mereka
sekeluarga berkumpul di meja makan untuk makan malam.
Ibu :”Ibuk malam ini masak spesial buat
kalian semua, ada semur jengkol, oseng pete, sambal teri, nasi jagung, bakwan
lengkap deh”
Bapak :”Nah
harusnya tiap hari dong seperti ini buk , pasti bapak bakal betah makan di
rumah”
Ibu :”Kalau
begitu silahkan bapak tambah uang belanja ibu ya?”
Bapak :”Wah bisa
kurang ini jatah rokok bapak”
Lili :”Mbak Lela , Lili minta maaf soal
tadi siang. Lili terlalu lancang menggurui embak , padahal embak kan kakak Lili”
Lela :”Ndak
papa, embak juga minta maaf karena selama ini terlalu keras kepala”
Bapak :”Nah gitu
dong , sadar”
Lela :”Maaf pak , buk dan semua. Selama ini
Lela hanya menyusahkan keluarga ini saja dengan kerasnya hati Lela menolak
jodoh-jodoh yang bapak berikan. Maaf pak , Lela minta maaf sekali”
Ibu :”Jadi..
kamu terima pernikahan itu nduk?”
Lela :”Iya
buk , demi pengabdian Lela untuk bapak dan ibu serta keluarga ini”
Bapak :”Alhamdulillah kamu sadar nduk , bapak
yakin kalau calon kamu yang satu ini tidak akan mengecewakan kamu. InsyaAllah
bakal jadi imam yang baik seperti bapak”
Liana :”Yey ..
berarti tahun depan Liana bisa nikah ya pak?”
Bapak :”Ya kalau
tabungan bapak masih sisa setelah perkawinan mbakmu ini”
Liana :”Yah..
kok gitu sih pak? Bapak tega banget sama anak yang paling imut ini”
Lela :”Lela
boleh minta satu permintaan pak?”
Bapak :”Apa
nduk?”
Lela :”Lela
ndak mau acara nikahan ini besar-besaran , lela mau yang sederhana saja. Biar
nanti pernikahan Liana bisa
bapak besar-besarin”
Bapak :”Loh ,
kamu yakin?”
Lela :”Yakin
pak”
Ibu :”Alhamdulillah
, berarti lelaki itu memang jodohmu nduk”
Lili :”Tapi
siapa lelaki yang bakal menjadi calon mas iparku buk?”
Ibu :”Dua
hari lagi , kita pasti tahu”
Sehari sebelum pernikahan di laksanakan , akhirnya Lela
pun tahu bahwa Damar adalah calon suami yang selama ini di rahasiakan kedua
orang tuanya.
Lela :”benar
kamu besok akan menikahiku?”
Damar :”Iya pasti”
Lela :”Jangan
bodoh! Masih ada waktu untuk membatalkan ini semua”
Damar :”Siapa yang
bodoh?”
Lela :”Heh! Jangan gila! Hentikan rencana
gila ini sebelum kamu menghancurkan hidupmu sendiri”
Damar :”Rencana gila apa? Aku sudah memikirkan hal
ini selama setahun dan keputusanku sudah bulat
akan tetap menikahimu”
Lela :”Damar , lihat aku! Aku lebih pantas jadi
kakakmu. Masih banyak gadis muda dan cantik yang bisa kamu jadikan istri”
Damar :”Tapi aku
inginkan dirimu Lela , bukan yang lain”
Lela :”Ya ampun , aku ini pantas jadi kakamu
?! dan jangan lupa, aku ini mantan calon kakak iparmu. Pikirkan itu!”
Damar :”Jadi ini
masalah usia atan karena kamu mantannya mas Didi?”
Lela :”Semuannyaaaa..”
Damar :”Usiaku
sudah tiga puluh tahun , apa bisa di sebut belum dewasa?”
Lela :”Tapi
aku sudah empat puluh tahun , 10 tahun lebih tua darimu!”
Damar :”Sudahlah ,
aku yakin kau akan menerimaku menjadi suamimu”
Hari pernikahan itu datang , Lela mengenakan kebaya warna
putih dan terlihat sangat anggun. Ijab kabul pun segera di mulai.
Ibu :”Akhirnya
anak kita nikah juga pak”
Bapak :”Alhamdullillah
buk”
Lela :”Apa
kamu menyesal akan menikahiku? Masih ada beberapa menit untuk menggagalkan ini”
Damar :”Tidak akan
pernah terjadi”
Lela :”kau
benar-benar gila Damar!”
Damar :”Aku hanya mengilhami kisah Kanjeng nabi dan
Siti khadijah , bahwa usia pasangan suami istri tidak menjamin langgengnya
sebuah rumah tangga. Semua pasti mempunyai masalah masing-masing tergantung
bagaimana kita menjalaninya”
Lela :”Damar
, ternyata kau lebih dewasa dari yang ku kira , maafkan aku”
Damar :”Tak apa calon istriku , aku mencintaimu dan
akan berusaha menjadi imam yang baik bagimu”
Lela :”Terima
kasih mar , ku terima kau lahir dan batin”
SELESAI
0 komentar:
Posting Komentar